Kasus Corona Masih Bertambah, Prancis Enggan Lockdown

Pemerintah Prancis, pada Jumat (29/1), memutuskan tak memberlakukan penguncian wilayah alias lockdown dalam menghadapi kasus Covid-19 yang masih bertambah, setelah sebelumnya sempat dua kali lockdown.

Meski begitu, Pemerintah setempat memberlakukan pengendalian Covid-19 yang lebih ketat dari sebelumnya, terutama di perbatasan.

Hal itu juga berarti peningkatan penindakan polisi atas pelanggar jam malam serta penegakkan kebijakan bekerja dari rumah.

Perdana Menteri Prancis, Jean Castex mengatakan krisis kesehatan masyarakat tetap menjadi perhatian besar, karena jumlah kematian akibat Covid-19 di Prancis melonjak menjadi lebih dari 75 ribu kasus.

Angka itu membuat Prancis sebagai negara dengan angka korban kematian Covid-19 ketujuh tertinggi di dunia.

"Kami tahu dampak buruk [dari lockdown]. Malam ini, melihat data beberapa hari terakhir, kami menganggap bahwa kita masih ada kesempatan untuk menghindarinya," kata Castex dalam pernyataan di televisi.

Castex berbicara tak lama setelah Presiden Emmanuel Macron mengadakan pertemuan dengan para menteri senior untuk membahas krisis yang mereka alami.

Castex mengatakan bahwa sejak Minggu (25/1), seluruh kedatangan dari luar Uni Eropa akan dilarang, kecuali perjalanan penting.

Seluruh pengunjung dari negara anggota Uni Eropa harus menunjukkan hasil tes PCR negatif Covid-19 bila ingin masuk ke negara tersebut.

Perdana Menteri juga mengatakan pusat perbelanjaan selain makanan dengan luasan lebih dari 20 ribu meter persegi akan ditutup. Selain itu, kebijakan bekerja dari rumah juga semakin ditegakkan.

Prancis mencatat kasus positif Covid-19 baru sebesar 22.858 pada Jumat (29/1), menggenapi total kasus mencapai 3,15 juta.

Kekurangan pasokan vaksin dari perusahaan Pfizer dan Moderna juga menghambat secara signifikan dalam penyebaran vaksinasi di Prancis.